SULUK DALAM AL-QUR'AN (KOMPARASI TAFSIR KLASIK DAN KONTEMPORER)

Akhmad Rifqi, 201786340007 (2021) SULUK DALAM AL-QUR'AN (KOMPARASI TAFSIR KLASIK DAN KONTEMPORER). Sarjana thesis, Universitas Yudharta.

[img] Text (BAB I.pdf)
201786340007_BAB I.pdf

Download (753kB)
[img] Text (BAB II.pdf)
201786340007_BAB II.pdf
Restricted to Registered users only

Download (645kB) | Request a copy
[img] Text (BAB III.pdf)
201786340007_BAB III.pdf
Restricted to Registered users only

Download (190kB) | Request a copy
[img] Text (BAB IV.pdf)
201786340007_BAB IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (727kB) | Request a copy
[img] Text (BAB V.pdf)
201786340007_BAB V.pdf
Restricted to Registered users only

Download (438kB) | Request a copy
[img] Text (BAB VI.pdf)
201786340007_BAB VI.pdf
Restricted to Registered users only

Download (345kB) | Request a copy
[img] Text (COVER DEPAN.pdf)
201786340007_COVER DEPAN.pdf

Download (732kB)
[img] Text (DAFTAR PUSTAKA.pdf)
201786340007_DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (230kB)

Abstract

Kehidupan beragama pada dasa ya adalah keyakinan bahwa ada kekuatan supranatural yang luar biasa atau supranatural yang mempengaruhi kehidupan pribadi dan sosial. Keyakinan ini mengarah pada perilaku tertentu, seperti doa, ibadah, serta sikap psikologis tertentu, seperti rasa takut, optimisme, ketaatan, dan lain-lain, dari individu dan masyarakat yang mempercayainya. Dalam Islam, ada banyak cara untuk mendekati Tuhan, salah satunya adalah ajaran tarekat. Tarekat berasal dari kata “tariqah�, yang berarti jalan atau proses yang ditempuh oleh para sufi. Dalam berthariqah tak asing lagi dengan istilah suluk. Suluk merupakan rangkaian kegiatan jama'ah atau perorangan yang berhubungan dengan spiritualitas keagamaan. Dengan suluk merupakan salah satu literatur khusus untuk taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah Swt.). Penulis berfokus pada tiga tafsir dalam melakukan penelitian, yakni Pertama, tafsir Al-Jailani karya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Kedua, tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish Shihab. Dan Ketiga, tafsir Ibnu Katsir karya Imam Ibnu Katsir. Penelitian ini hanya terbatas pada perihal ayat-ayat suluk dan ruang lingkupnya. Dalam hal ini memungkinkan terjadinya perbedaan maupun persamaan pandangan di antara ketiga mufassir terkait penafsiran ayat-ayat suluk. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan bagi berbagai kalangan khususnya yang menggeluti bidang tasawuf atau thariqah. Penelitian menggunakan model penelitian kualitatif, sebuah model penelitian yang berlandaskan atas kepustakaan (library research), dengan model menafsirkan ayat-ayat suluk terhadap penafsiran kitab tafsir Al-Jailani, Al-Mishbah, dan Ibnu Katsir. Adapun teknis analisis data dalam skripsi ini menggunakan Teknik Komparatif Analisis. Cara mengimplentasikan teknik ini yakni, menguji perbandingan dasar pemikiran atau pandangan dari setiap mufassir. Dalam hal ini mengkomparasikan pandangan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kitab tafsi ya Al-Jailani, M. Quraish Shihab dalam kitab tafsi ya Al-Mishbah, dan Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsi ya Ibnu Katsir. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dikumpulkan dan disusun secara sistematis kemudian dianalisis dengan menggunakan metode komparatif yakni sebuah metode penguraian data dari pendapat para tokoh untuk dicari persamaan dan perbedaannya, setelah itu dipertimbangkan secara rasional kemudian diambil suatu kesimpulan. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa, Al-Jailani ketika menafsirkan ayat-ayat suluk selalu mengedepankan sisi ketasawufannya, karena corak tafsir beliau adalah berlatar belakang tafsir sufi Menurut beliau suluk berarti jihad fi sabilillah, dengan tujuan menghilangkan semua hal yang dapat menganggu konsetrasi kepada Allah Swt. serta menggapai ridha-Nya. Ibnu Katsir menafsirkan ayat suluk dengan model tahlili, yakni menfasirkan ayat al-Qur'an secara komprehensif dan menyeluruh sesuai kadar keahlian penafsir. Ibnu Katsir menafsirkan makna suluk adalah sebuah wasilah (perantara) untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Swt., Sedangkan, Al-Mishbah ketika menafsirkan ayat suluk selalu bersifat normatif objektif, yakni sesuai dengan keadaan atau kenyataan di lapangan. Suluk dalam tafsir ini bermakna berjihad di jalan Allah Swt. dengan bermujahadah atau jihad secara dhohir, yakni taqwa sekaligus bathin, yakni menahan hawa nafsu.

Item Type: Thesis (Sarjana)
Identification Number: 297.1226 RIF S
Contributors:
ContributionContributorsEmail
Thesis advisorDr. Miftarah Ainul Mufid, S. PdI., M. PdI, ã…¤UNSPECIFIED
Subjects: Agama > Alquran dan Tafsir
Divisions: Fakultas Agama Islam > Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Date Deposited: 03 Aug 2021 08:05
Last Modified: 13 Jun 2023 03:13
URI: https://repository.yudharta.ac.id/id/eprint/1360

Actions (login required)

View Item View Item